Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kisah Seorang Butta Warna Menghadapi MCU

medical

Kisah buta warna - 12 Januari 2016; dimana ini adalah hari yang paling menakutkan karna Lulusan diploma diharuskan melaksanakan Medical Check Up yang didalamnya ada test buta warna, buta warna inilah yang menurut saya adalah test yang paling sakral yang akan saya lewati nanti.

Apakah kalian sudah mengetahui test buta warna itu seperti apa? ya benar! test itu sangat mudah dan sepele, hanya menebak angka didalam buku yang diajukan sang dokter. Cukup mudah bukan?

MCU adalah salah satu metode perusahaan untuk menerapkan kesehatan dan keselamatan ditempat kerja, Mungkin bagi kalian dan banyak orang diluar sana, test ini dianggap hanyalah angin lalu, karna mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan.

Mereka bisa melihat huruf berapa yang ada didalam lingkaran berwarna warni tersebut mereka pula bisa menebak apa isi dari lingkarang berwarna warni yang diajukan sang dokter pengetes itu.

Duhai Rabbku, beda sekali dengan apa yang sekarang saya lihat; saya hanya bisa melihat lingkaran-lingkarang kecil bewarna warni yang menghiasi lembar demi lembar dari isi buku ishara yang disodorkan dokter pengetes itu.

12 Januari 2016; tepatnya di Rumah Sakit B.... Bekasi saya mengikuti tahap test Medical Check Up test ini yaitu tahap ke 3 yang sudah saya lalui,

Baca juga: Daftar riwayat hidup tulis tangan

Pertama saya mengikuti psikotest, kedua saya mengikuti test fisik dan hari ini saya masuk ke tahap ke 3 yaitu Medical Check Up, test ini saya lakukan untuk persyaratan masuknya saya di salah satu perusahaan besar yang ada di kota Bekasi atau Cikarang. 

Dari Medical Check Up yang saya lakukan adalah test kesehatan keseluruhan badan, pemeriksaan mulut, telinga, kaki, tangan sampai perut. Mungkin test ini saya anggap formalitas semata karna sang Dokter pun dengan cepat memeriksanya.

Saya diharuskan untuk membuang air kecil dan menyimpan urine saya disalah satu botol yang sudah disiapkan oleh Rumah Sakit tempat saya medical check up, inilah yang dinamakan dengan test urine.

yaitu visus mata dimana testnya menebak angka didinding yang jauhnya sekitar tiga meter didepan kita, test ini yang menentukan tajam penglihatan kita, apakah mata kita minus (-) atau plus (+).

seharusnya tahap ini adalah test buta warna, ukut tinggi badan dan berat badan namun test ini saya lewatkan sejenak dan saya memilih test lain terlebih dahulu yang bagi saya testnya tidak memerlukan batin yang kuat dan fikiran yang kuat pada testnya, karna buta warna menurut saya test yang paling menguras hati dan tenaga.

Test pun saya dahulukan test mengambil sample darah, dimana sang Dokter menyuntikkan tangan saya lalu mengambil sedikit darah saya untuk menjadi pertimbangan apakah masih bugar, sehat dan layakkah badan saya untuk masuk ke perusahaan yang saya tuju.

Dari hasil yang saya dapatkan ternyata sampel darah saya menunjukan badan saya masih sehat dan bugar, Alhamdulillah.

Mengecek dan menfoto bagian dalam tubuh yang biasa dinamakan rontgen, hasil ini bisa mengetahui bagaimanakan paru-paru, jantung, bagian dalam perut, bagian dalam tubuh dan tulang tulang kita, apakah masih sehat dan bugarkan badan saya, dan Alhamdulillah hasil dari rontgen ini bagian dalam saya masih sehat.

Selesai semua tahap, tinggal satu tahap lagi yang belum saya lakukan yaitu test buta warna, ukur tinggi badan dan berat badan. Tak henti-hentinya saya berdoa kepada Allah agar diloloskan pada tahap ini, tak sadar pula air mata menetes karna takut akan kegagalan karna salah satu test yang sepele ini.

Sesudah menenangkan diri, saya tak lupa berdoa agar dikuatkan hati ini oleh Allah atas hasil yang sebenarnya sudah saya ketahui hasilnya, saya beranikan diri langsung mengantri untuk test buta warna tersebut. Detik demi detik menunggu giliran maju... dan akhirnya nama saya pun dipanggil.

"Sandi Okta Prayoga"

Sontak satu tetes air matapun terjatuh, sayapun langsung mengelap air mata tersebut dari pipi saya dan maju menghampiri sang Dokter pengetest. Sang Dokter membuka buku ishara lalu diarahkan buku itu kepada saya seraya bertanya;

Dokter; ini angka berapa? 

Tiga (3) Dok

Dokter mengajukan sebuah pertanyaan kepada saya; loh kamu kenapa keluar air mata, kamu menangis ya?

Saya pun mengusap air mata yang tak sengaja jatuh didepan Dokter tersebut dan menjawab; Saya buta warna Dok!

Dokter; kamu sudah benar kok, ayo lanjutin ini angka berapa?

Tujuh Puluh (70) Dok

Dokter pun menutup buku ishara tersebut dan berkata kepada saya, kamu lulus pada test buta warna, jangan patah semangat ya, semoga cita cita kamu bisa terwujud, itu silahkan dilanjutin pada tahap ukur tinggi dan berat badan.

Beginilah sedikit pengalaman yang tidak bisa saya lupakan, tak lupa sedikit pesan yang saya berikan kepada kalian penderita buta warna yang melihat tulisan saya; Jangan henti berusaha, jangan patah semangat, terus buka buku ishara / print sendiri untuk belajar dan jangan lupa Allah lah penolong kita, segala pertolongan hanya milik Allah semata!

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri." (QS. 13:11).

"Dan Rabbmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina." ( QS. 40:60).

Dari aku sang penderita buta warna yang sampai sekarang masih tidak menyangka bahwa penyakitnya ini sangat diasingkan oleh berbagai kalangan!

Sandiok
Sandiok QHSE Officer PT. Nindya Karya (Persero) | D3 Fire and Safety of Balongan Oil and Gas Academy

Posting Komentar untuk "Kisah Seorang Butta Warna Menghadapi MCU"