Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cerita Seram Di Kampus - Siapa Sosok di Belakang Kami ?




Assalamu’alaykum…

Cerita Seram – Kisah seram bisa di alami oleh siapa saja tanpa mengenal usia. Rasa takut juga bisa di alami oleh siapa pun tanpa mengenal gender. Kali ini saya ingin menceritakan sebuah kisah seram yang di alami oleh saya sendiri. Jadi, kisah ini benar – benar nyata terjadi. Cerita horror yang sampai dengan saat ini masih saya ingat dengan baik dalam ingatan saya.



Kisah ini di mulai di sebuah universitas swasta AB. Kisah ini terjadi sekitar tahun 2016. Pada saat itu, kampus masih terbagi menjadi dua, yaitu kampus I dan kampus II. Kisah seram ini saya alami ketika saya sedang berada di kampus I.

Malam itu, kelas kami mendapat giliran kuliah malam, di karenakan dosen pengajar memang dosen lapangan (tidak selalu stand by di kampus / sambil bekerja di perusahaan lain). Kalau tidak salah, pada hari sebelumnya ketua kelas kami sudah di informasikan oleh asisten dosen terkait mata kuliah tersebut bahwa setiap kelas memiliki jadwal pertemuan dengan dosen tersebut. Kelas kami kebetulan mendapatkan kelas pertemuan yang terakhir pada hari itu.

Matahari semakin condong ke barat hingga tenggelam dan hari tidak terasa sudah malam kembali. Kelas kami mendapat mata kuliah pada jam 20.00 waktu setempat. Waktu itu, setengah jam sebelum kelas di mulai, saya sudah tiba di kampus I. Ada beberapa teman sekelas saya yang tiba juga, dan kami menunggu di lorong depan ruangan kelas. Saat itu, kelas sebelumnya masih dalam jadwal pertemuan dengan dosen lapangan, maka kami harus menunggu untuk pertukaran kelas berikutnya.
Tidak lama, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kelas sebelum kami telah selesai belajar. Maka kelas kami mulai masuk ke dalam ruangan dan mulai mengisi kursi – kursi kosong yang telah tersedia. Dosen saat itu sedang duduk di mejanya dan mulai mempersiapkan materi yang ingin di sampaikan kepada kelas kami malam itu. Saya dan beberapa teman mengisi kursi kosong yang paling depan.

“Nak, tolong ambilkan spidol ya di lobi depan.”minta dosen itu kepada kami.

“Iya, pak.”kami menjawab serempak.

Saat itu saya dan dua teman sepakat untuk berangkat bersama menuju lobi depan untuk mengambil spidol yang di minta oleh dosen. Teman saya yang satu perempuan muslim dan teman saya yang satunya lagi adalah laki – laki beragama katolik. Saat itu kami berjalan perlahan keluar kelas. Saat berjalan di lorong di depan kelas, tiba – tiba salah satu dari kami ingin melakukan wefie di malam itu. Entah apa yang merasuki ku -_-

“Wefie, yok ! Pake hape kamu.”

Kami meminta teman laki – laki kami menggunakan handphone nya untuk di gunakan narsis. Awalnya, kamera dari handphone adalah kamera belakang. Kami pun memintanya untuk segera merubah menjadi kamera depan. Tepat ketika kamera di rubah menjadi kamera depan, sambil bersiap untuk narsis, mata saya melihat bahwa monitor handphone menunjukkan gambar empat orang, padahal kami hanya bertiga saja waktu itu. Masih jelas di ingatan saya bahwa orang keempat itu bertubuh tinggi, berwujud bapak – bapak berumur 40 tahunan dan berkemeja biru kotak – kotak. 

Untuk wajahnya saya tidak melihat terlalu jelas, tapi wajahnya tidaklah seram, benar – benar wajah seorang bapak – bapak berumur 40 tahunan dan kulitnya agak gelap. Kejadian berlangsung persekian detik saja. Saya menoleh ke belakang dan melihat tidak ada siapa – siapa di belakang kami. Pikiran saya cepat berputar mungkin itu dosen kami, tapi tentu saja bukan, karena saya langsung melihat dosen kami masih berada di dalam kelas di balik mejanya, jarak antara kami dengan dosen itu sekitar 10 meter lebih. Lalu siapa yang ingin ikut kami ber wefie ?

Saat itu bukan hanya saya yang melihat, tetapi teman perempuan saya juga melihatnya. Kami berpandangan sepersekian detik dan teriak. Kami segera berlari keluar kampus. Teman laki – laki saya saat itu ikut berlari juga. Ia belum sempat mengambil foto kami wefie.

“Tadi lihat nggak ?”tanya teman perempuan.
 
“Kok lari – lari sih ?”tanya teman laki – laki.

“Iya tadi lihat. Di kamera ada bapak – bapak kemeja biru ikut foto.”jawab saya.

“Bener, sama kok.”

“Aku nggak lihat apa – apa.”

Ternyata teman  laki – laki saya tidak melihat apa – apa waktu itu. Makanya ia bingung mengapa kami berdua berlari dengan kencangnya ke arah lobi di depan kampus. Melihat kami berteriak, ia juga ikut berlari saja. Kalau tidak salah waktu itu ia kami tarik – tarik bajunya sampai ke depan lobi kampus.

Jantung saya berdebar dengan cepatnya. Badan terasa gemetar. Saya tidak menyangka bahwa saya juga akan mengalami hal creepy seperti ini. Saat itu, spidol yang di minta oleh dosen tidak ada di lobi depan. Kami pun kembali ke dalam ruangan dengan beramai – ramai. Teman – teman yang tadi berada di ruangan kelas pada saat kami mengambil spidol mengatakan kami berisik karena tadi sempat teriak – teriak. Saya pun menceritakan kepada teman saya apa yang tadi kami alami di lorong depan ruangan kelas. Ada yang percaya dan ada pula yang mengatakan bahwa cerita bohong. 

Semenjak saat itu, saya selalu mengajak teman saya apabila ada kuliah kelas malam di kampus I, yang jelas saya tidak mau lagi sendirian di lorong itu.

Demikian cerita seram yang telah kami ceritakan. Sebaiknya sebagai manusia kita tidak boleh terlalu takut terhadap makhluk dimensi lain seperti jin dan syetan. Karena derajat kita lebih tinggi dari mereka. Sebenarnya mata kita juga di ciptakan untuk tidak bisa melihat hal – hal yang bersifat ghaib, tapi mungkin terkadang mereka iseng saja. Jangan lupa untuk membaca ayat kursi ketika hati sedang takut. Karena sebaik – baiknya pelindung adalah Allah subhana wa ta’ala.

Terima kasih telah membaca artikel ini. Semoga bermanfaat.

Wassamu’alaykum…

Sandiok
Sandiok QHSE Officer PT. Nindya Karya | D3 Fire and Safety of Balongan Oil and Gas Academy

Posting Komentar untuk "Cerita Seram Di Kampus - Siapa Sosok di Belakang Kami ?"