Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cerita Seram di Mess Karyawan



Mencari pekerjaan bagi seseorang yang baru saja lulus dari perguruan tinggi, merupakan hal yang cukup sulit untuk di capai, termasuk aku. Setelah lulus kuliah, kurang lebih selama tiga bulan aku masih berada di rumah sambil mencari pekerjaan. Akhirnya, aku mendapat pekerjaan di luar daerah tempatku tinggal. Di perusahaan ini, aku dan temanku mendapat mess karyawan di sebuah rumah kontrakan kecil. Di rumah kontrakan itu hanya terdapat satu kamar dengan tidak adanya pintu kamar, bahkan gorden saja tidak ada. Kurang lebih aku tinggal bersama teman satu perusahaan itu selama satu bulan. Akhirnya ia memutuskan untuk pindah. Aku pun tinggal sendirian di rumah kontrakan itu. Rumah kontrakan itu sebenarnya berada di tengah rumah - rumah warga lainnya. Semenjak aku tinggal sendiri, aku semakin parno, karena tidak adanya pintu kamar, membuatku kesulitan untuk tidur dan mataku selalu menghadap ke arah lorong itu. Setelah magrib sampai tengah malam, atap rumah kontrakan itu selalu terdengar seperti di lempari batu oleh orang. Awalnya aku mengira bahwa itu di lempari anak - anak warga di sana, tetapi ketika tengah malam, mana mungkin ada anak kecil yang melempari atap rumah orang dengan batu di setiap harinya. Namun aku hanya melanjutkan tidur dan memikirkan bahwa itu ulah iseng anak kecil.

Setelah itu, aku pindah ke kosan yang lebih kecil, karena rumah kontrakan itu telah habis masa kontraknya. Aku memilih kosan dengan harga murah. Aku menemukannya dan aku tinggal di lantai atas. Kosan itu di depannya terdapat rumah tua yang tampak tidak terurus dan tidak berpenghuni. Namun sebenarnya ada yang tinggal di sana. Pernah terdengar cerita bahwa lantai dua rumah tua itu tidak ada yang berani menempatinya. Dari luar rumah itu memang tampak seram dan menakutkan. Kosan tempatku tinggal terdiri atas tiga kamar dengan satu kamar mandi. Awalnya ada teman di kamar lain, namun beberapa hari setelah itu ia pindah. Akhirnya lagi - lagi aku sendiri tinggal di kosan itu. Kosan itu juga tampak seram dengan kamar di kanan kiriku yang kosong. Di depan kamar mandi terdapat cermin ukuran sekitar 2 x 2 m. Jika siang hari memang bercermin memudahkan untuk merapihkan pakaian, tetapi jika di malam hari itu tentu saja tampak menyeramkan. Aku pun tidak tidur dengan tenang di kosan itu. Aku hanya tinggal di sana sekitar dua bulan.

Aku mendapat pekerjaan yang lebih baik. Namun aku tidak dapat pekerjaan yang setiap harinya pulang ke rumah. Kali ini aku mendapat mess karyawan yang lebih baik dan lebih terawat. Namun lagi - lagi kondisinya lebih menyeramkan. Ini seperti camp - camp bekas penjajah. Mess karyawan kali ini bentuknya seperti penginapan zaman dulu. Ada yang bercerita bahwa dulu mess ini banyak sekali karyawannya hingga penuh dan orang - orang bisa di temui dimanapun. Namun setelah demo beberapa tahun silam, menyebabkan mess ini hanya di huni oleh orang - orang tertentu. Mess ini terdiri sekitar tujuh blok. Setiap blok terdiri sekitar 20 kamar. Di mess karyawan ini yang di perbolehkan di huni hanya dua blok. Satu blok di ujung dan satu blok lagi di tempatku tinggal. Blok kamarku hampir sepenuhnya di isi oleh orang - orang pekerja.

Di kamar mess ini aku tinggal sendirian. Aku tidak bisa tidur jika jam belum menunjukkan waktu tengah malam. Pernah ada yang mengetuk - ngetuk pintu kamarku di sekitar jam sepuluh ke atas. Kasurku bersebelahan dengan kamar mandi. Jadi, saat itu hampir setiap malam, aku mendengar suara air mengalir dari wastafel. Padahal wastafel kamar mandi dalam kondisi kututup kerannya. Aku hanya memperbanyak berdoa dan berpikir positif. Pernah ada yang menceritakan padaku, bahwa salah satu pekerja, ia adalah pekerja laki - laki, sering menemukan rambut panjang di kamar mandinya. Di sinyalir itu adalah rambut perempuan. Akan tetapi mess ini hanya ada dua kamar yang di isi oleh perempuan, selebihnya di isi oleh laki - laki, dan kamar antara laki - laki dan perempuan pun di pisah. Bahkan pekerja cleaning service nya saja laki - laki. Rupanya hal ini memang sering sekali di temui oleh pekerja - pekerja lain di sana. Hal semacam ini di anggap perkenalan oleh si penghuni mess karyawan.

Jin dan setan memang senang tinggal di rumah - rumah kosong yang tidak ada penghuninya. Sedangkan rumah kita yang setiap hari kita huni saja, jin dan setan ikut mampir untuk tinggal di rumah kita jika kita masuk ke rumah tanpa berdoa terlebih dahulu. Nah, untuk itu, sekali lagi, derajat manusia lebih mulia di bandingkan jin dan setan, sebaiknya jangan takut dan hanya takutlah kepada Yang Maha Pencipta Allah Subhana wa ta'ala.

Baca juga Cerita Seram Ketika Praktek Lapangan
Sandiok
Sandiok QHSE Officer PT. Nindya Karya | D3 Fire and Safety of Balongan Oil and Gas Academy

Posting Komentar untuk "Cerita Seram di Mess Karyawan"