Cerita Rakyat Singkat - Batu di Lahirkan Menjadi Manusia
CERITA RAKYAT SULAWESI TENGAH - BATU DILAHIRKAN MENJADI MANUSIA
Dulu sekitar beberapa puluhan tahun yang lewat, hiduplah sebuah keluarga sederhana di Desa Singkona. Keluarga ini di karuniai dua orang anak laki-laki. Anak sulung bernama Aruloji dan anak bungsu bernama Donci. Keluarga sederhana itu biasa di sebut dengan Papa atau Maka Aruloji. Nama ayah mereka adalah Lebanu dan nama ibu mereka adalah Teube.
Keluarga ini sangat di kenal sebagai keluarga yang suka menolong dan ramah kepada sesame manusia. Papa dan mama Aruloji merupakan salah satu keluarga dukun besar yang ada di desa Singkona, mereka sangat di hormati dan di senangi oleh penduduk setempat. Sekitar tahun 1930, ketika Donci berumur belasan tahun, sang ibu mengandung anak ketiga. Namun, ada keganjilan pada kehamilan sang ibu kali ini, karena bayi dalam kandungan tersebut tidak bergerak sama sekali padahal usia kandungannya sudah cukup tua.
Akhirnya, tiba waktu sang ibu untuk melahirkan setelah menunggu sekian lama. Muncul keanehan saat sang ibu melahirkan. Ternyata ini berhubungan erat dengan kandungannya yang selama ini tidak bergerak, bayi yang di lahirkan bukan bayi manusia namun sang ibu melahirkan dua buah batu.
Dua batu ini mempunyai warna dan ukuran yang tidak sama satu sama lain. Batu pertama layaknya seorang kakak, berwarna hitam, sedangkan batu kedua layaknya seorang adik, berwarna belang putih dan merah. Kedua batu ini seperti kelahiran kembar karena masing-masing batu memiliki tali pusat.
Sebelum melahirkan, sang ibu bermimpi bahwa ada seorang nenek berambut panjang yang terurai sampai ke tanah mendatangi dirinya dan menitipkan dua pesan.
Bunyi pesan pertama : “Kandunganmu itu nanti bukan manusia, melainkan berupa dua buah batu yang memiliki warna yang berbeda.”
Bunyi pesan kedua : “Setelah kandunganmu itu lahir, maka mandikanlah seperti seorang bayi manusia, kemudian bungkus dengan kain vuya (sejenis kain yang terbuat dari kulit kayu) yang putih, lalu simpan di dalam peti yang tertutup dan terkunci.”
Baca juga cerita rakyat dari sulawesi tengah - danau lindu
Kedua pesan itu di patuhi oleh sang ibu. Sesuai dengan pesan sang nenek di dalam mimpi, kedua batu itu di simpan di dalam peti tertutup dan terkunci rapat. Seminggu kemudian, kedua batu itu terbuka layaknya biji tanaman yang mulai tumbuh. Malam selanjutnya, peti tempat menyimpan kedua batu itu terbuka dengan sendirinya. Melihat kejadian ini, sang ibu teringat kembali dengan mimpinya bahwa nanti kedua batu itu akan berubah menjadi manusia.
Batu pertama berubah wujud menjadi seorang bayi perempuan, sedangkan batu kedua berubah menjadi seorang bayi laki-laki. Sejak saat itu, setiap keluarga Aruloji meminta pertolongan, maka kedua anak kembar itu yang akan datang membantu.
Beberapa tahun kemudian, kedua anak kembar itu telah memasuki usia dewasa, mereka menemui ibu dan kakak mereka.
Suatu hari, anak kembar itu untuk pertama kalinya menunjukkan tempat tinggal mereka pada sang ibu. Mereka tinggal di Danau Poso, sekitar Tanjung Tolabo. Kemudian kedua kalinya, mereka mengajak kedua kakak mereka ke tempat tinggal mereka. Mereka tinggal di dalam air danau yang di dalamnya terdapat sebuah kota besar. Kedua kakak mereka di suruh duduk di dalam bakul, lalu air di sekitar mereka berputar sehingga kedua kakak mereka terjun sampai di halaman rumah di dasar danau Poso tersebut.
Hal di dalam danau lebih aneh lagi, karena buaya yang merupakan hewan buas, di anggap seperti anjing peliharaan. Penggunaan kayu api pun di gantikan oleh belut. Demikianlah hal-hal ganjil dan tak biasa yang di lihat oleh ibu dan kakak anak kembar tersebut setiap mereka di ajak berkunjung.
Baca : Cerita rakyat dari sulawesi tengah - Tadulako bulili
Setelah kedua orang tua mereka meninggal dunia, anak kembar yang perempuan ikut dengan Aruloji, sedangkan anak kembar yang laki-laki ikut dengan Donci. Karena adik kembarnya, Aruloji dan Donci dapat mengobati penyakit penduduk desa dan di juluki sebagai dukun berkah karena mempunyai batu yang ajaib. Selain mengobati orang lain, mereka juga bekerja sebagai petani.
Sampai saat ini, batu hitam tetap di simpan oleh Aruloji dan batu belang putih merah di simpan oleh Donci sebagai peninggalan dari kedua orang tua mereka. Saat itu Aruloji tinggal di Kampung Singkona yang berjarak 25 km sebelah timur Desa Pendolo, ibukota Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso. Sang adik Donci tinggal di Desa Uwe Kuli, ibukota Kecamatan Tojo Kabupaten Poso yang berjarak 54 km dari Poso.
Sekian cerita rakyat Sulawesi tengah - batu di lahirkan menjadi manusia
Dulu sekitar beberapa puluhan tahun yang lewat, hiduplah sebuah keluarga sederhana di Desa Singkona. Keluarga ini di karuniai dua orang anak laki-laki. Anak sulung bernama Aruloji dan anak bungsu bernama Donci. Keluarga sederhana itu biasa di sebut dengan Papa atau Maka Aruloji. Nama ayah mereka adalah Lebanu dan nama ibu mereka adalah Teube.
Keluarga ini sangat di kenal sebagai keluarga yang suka menolong dan ramah kepada sesame manusia. Papa dan mama Aruloji merupakan salah satu keluarga dukun besar yang ada di desa Singkona, mereka sangat di hormati dan di senangi oleh penduduk setempat. Sekitar tahun 1930, ketika Donci berumur belasan tahun, sang ibu mengandung anak ketiga. Namun, ada keganjilan pada kehamilan sang ibu kali ini, karena bayi dalam kandungan tersebut tidak bergerak sama sekali padahal usia kandungannya sudah cukup tua.
Akhirnya, tiba waktu sang ibu untuk melahirkan setelah menunggu sekian lama. Muncul keanehan saat sang ibu melahirkan. Ternyata ini berhubungan erat dengan kandungannya yang selama ini tidak bergerak, bayi yang di lahirkan bukan bayi manusia namun sang ibu melahirkan dua buah batu.
Dua batu ini mempunyai warna dan ukuran yang tidak sama satu sama lain. Batu pertama layaknya seorang kakak, berwarna hitam, sedangkan batu kedua layaknya seorang adik, berwarna belang putih dan merah. Kedua batu ini seperti kelahiran kembar karena masing-masing batu memiliki tali pusat.
Sebelum melahirkan, sang ibu bermimpi bahwa ada seorang nenek berambut panjang yang terurai sampai ke tanah mendatangi dirinya dan menitipkan dua pesan.
Bunyi pesan pertama : “Kandunganmu itu nanti bukan manusia, melainkan berupa dua buah batu yang memiliki warna yang berbeda.”
Bunyi pesan kedua : “Setelah kandunganmu itu lahir, maka mandikanlah seperti seorang bayi manusia, kemudian bungkus dengan kain vuya (sejenis kain yang terbuat dari kulit kayu) yang putih, lalu simpan di dalam peti yang tertutup dan terkunci.”
Baca juga cerita rakyat dari sulawesi tengah - danau lindu
Kedua pesan itu di patuhi oleh sang ibu. Sesuai dengan pesan sang nenek di dalam mimpi, kedua batu itu di simpan di dalam peti tertutup dan terkunci rapat. Seminggu kemudian, kedua batu itu terbuka layaknya biji tanaman yang mulai tumbuh. Malam selanjutnya, peti tempat menyimpan kedua batu itu terbuka dengan sendirinya. Melihat kejadian ini, sang ibu teringat kembali dengan mimpinya bahwa nanti kedua batu itu akan berubah menjadi manusia.
Batu pertama berubah wujud menjadi seorang bayi perempuan, sedangkan batu kedua berubah menjadi seorang bayi laki-laki. Sejak saat itu, setiap keluarga Aruloji meminta pertolongan, maka kedua anak kembar itu yang akan datang membantu.
Beberapa tahun kemudian, kedua anak kembar itu telah memasuki usia dewasa, mereka menemui ibu dan kakak mereka.
Suatu hari, anak kembar itu untuk pertama kalinya menunjukkan tempat tinggal mereka pada sang ibu. Mereka tinggal di Danau Poso, sekitar Tanjung Tolabo. Kemudian kedua kalinya, mereka mengajak kedua kakak mereka ke tempat tinggal mereka. Mereka tinggal di dalam air danau yang di dalamnya terdapat sebuah kota besar. Kedua kakak mereka di suruh duduk di dalam bakul, lalu air di sekitar mereka berputar sehingga kedua kakak mereka terjun sampai di halaman rumah di dasar danau Poso tersebut.
Hal di dalam danau lebih aneh lagi, karena buaya yang merupakan hewan buas, di anggap seperti anjing peliharaan. Penggunaan kayu api pun di gantikan oleh belut. Demikianlah hal-hal ganjil dan tak biasa yang di lihat oleh ibu dan kakak anak kembar tersebut setiap mereka di ajak berkunjung.
Baca : Cerita rakyat dari sulawesi tengah - Tadulako bulili
Setelah kedua orang tua mereka meninggal dunia, anak kembar yang perempuan ikut dengan Aruloji, sedangkan anak kembar yang laki-laki ikut dengan Donci. Karena adik kembarnya, Aruloji dan Donci dapat mengobati penyakit penduduk desa dan di juluki sebagai dukun berkah karena mempunyai batu yang ajaib. Selain mengobati orang lain, mereka juga bekerja sebagai petani.
Sampai saat ini, batu hitam tetap di simpan oleh Aruloji dan batu belang putih merah di simpan oleh Donci sebagai peninggalan dari kedua orang tua mereka. Saat itu Aruloji tinggal di Kampung Singkona yang berjarak 25 km sebelah timur Desa Pendolo, ibukota Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso. Sang adik Donci tinggal di Desa Uwe Kuli, ibukota Kecamatan Tojo Kabupaten Poso yang berjarak 54 km dari Poso.
Sekian cerita rakyat Sulawesi tengah - batu di lahirkan menjadi manusia
Posting Komentar untuk "Cerita Rakyat Singkat - Batu di Lahirkan Menjadi Manusia"